Friday 4 December 2015

Bupatinya bilang Sanggup Carter Pesawat ke Papua, Beli Kopi dan Sanggup Pulangkan Kopi dengan Pesawat

"Bupatinya bilang Sanggup Carter Pesawat ke Papua, Beli Kopi dan Sanggup Pulangkan Kopi dengan Pesawat. Yang mengherankan, kata Bupati dia bisa terbangkan kami dari jakarta ke Papua dalam satu pesawat, lalu nanti kembali dari Papua dengan dua pesawat, yaitu satu pesawat membawa kami dan satu pesawat lagi membawa Kopi"

Kalimat ini diucapkan sewaktu utusan KSU Baliem Arabica bercakap dengan salah satu pelanggannya di jakarta.

Dalam percakapan itu pelanggan kami menyatakan, "kami heran kenapa pemerintah main dalam bisnis kopi". Memang kami utusan KSU Baliem Arabica juga bertanya dalam hati, "mengapa kalian tidak menanyakan tentang Koperasi kepada sang Bupti?" tetapi kami memilih untuk diam dan mendengarkan.

Dari raut muka sang pengusaha menunjukkan rasa heran. Mengapa heran? Pertama karena seorang Bupati terjun langsung melakukan lobi untuk jual-beli kopi papua. Kedua karena untuk jual-beli kopi sang Bupati sanggup menerbangkan pesawat dari Jakarta ke Papua satu pesawat, kemudian pulang dengan dua pesawat, di mana pesawat yang pertama berisi para konsumen dan pesawat kedua berisi kopi. Pengusaha ini bertanya, "Ini proyek Kopi dari pemerintah atau bisnis Kopi biasa?"

Alasan ketiga karena dalam rombongan itu tidak ada pengusaha, entah itu anggota koperasi, pengurus koperasi, pengusaha, tokoh masyarakat, tidak ada. Yang ada ialah sang Bupati bersama ajudhannya, yang bukan orang Papua.

Pada saat sang pengusaha bercerita kepada kami, beliau berpesan,
"Tolong Pak, jangan ikut jalan ini, jangan, jangan! Kopi Papua harus dikelola oleh Koperasi. Orang lain jangan campur-tangan. Jangan tunukkan praktek seperti premain! Kami mau berbisnis secara profesional. Kami mau pemerintah menjadi pembina dan pelindung, bukan tengkulak KopiPapua.
Utusan KSU Baliem Arabica tidak mengatakan apa-apa-pun. Kami tahu bahwa kami bukan apa-apa. Biisnis Kopi yang kami jalankan selama ini dengan modal yang pas-pasan, sehingag kami-pun belum bisa berbicara banyak. Kami hanya berdoa, kiranya Sang Bupati dan bupati-bupati lain, akan ada waktunya mereka akan berbicara dengan kami, untuk urusan bisnis Kopi Papua, karena kami yang punya ilmu dan pengetahuan, kami yang punya pengalaman, dan kami yang tahu mengolah kopi standar expor.

Wednesday 2 December 2015

Kopi Apa ini? Ini Kopi yang Saya Tidak Mau! Ini Kopi Wamena yang Sebenarnya

Demikian kata salah satu pemain kopi ternama di Indonesia (Jakarta) saat bertemu dengan Jhon Kwano sebagai Direktur PAPUAmart.com atau Unit Sales & Marketing KSU Baliem Arbaica bersama Kelion Yikwa, Bendahara KSU Baliem Arabica pada tanggal 01 Desember 2001, bertempat di salah satu kota di DKI Jakarta.

Pada waktu pengurus Koperasi masuk ke dalam gedung berlantai 3 ini kami dari Koperasi dipertunjukkan dengan berbagai kelengkapan pabrik Kopi dan cafe yang telah didirikan pemiliknya beberapa tahun lalu.

Kamipun dipersilahkan duduk oleh si pemilik, kami sebut Pak/ Ibu J. (dalam rangka menjaga etika bisnis). Kami bermaksud menyebutkan premanisme yang sedang terjadi di dalam bisnis Kopi Papua pada saat ini.

Dalam artikel lain, kami telah tulis dalam kopiaslipapua.blogspot.com bahwa pada saat ini pemain Kopi Wamena ada yang berplat merah, ada berplat kuning, ada berplat hitam dan ada pula berplat spesial.

Setelah ditawari dua cangkir Kopi Single origin blend J, kami selanjutnya dibawa dua piring bakso berisi dua jenis kopi, yaitu yang pertama Kopi Wamena yang disupply oleh penjual berplat spesial, dan juga ditunjukkan Kopi Wamena yang telah disuplai oleh KSU Baliem Arabica.

Setelah di meja, J bertanya kepada kami berdua, "Kopi Wamena yang mana? Ini atau ini?" sambil menunjuk jari secara bergilir di antara kedua piring bakso dimaksud. Kami memilih Kopi yang kami kenal, yaitu Kopi yang telah kami supply dua hari sebelum pertemuan tanggal 1 Desember 2015 ini.

J kemudian mengatakan: Sabar, coba ulangi, lihat baik-baik, cium baik-baik, dan pilih yang mana Kopi Wamena? Kami tetap memilih kopi yang telah kami supply. Lalu J dan pasangannya sambil bertepuk tangan mengatakan, "Kalian salah, dua-duanya Kopi Wamena!"

Kami serta-merta tertawa dan menolak. Kami katakan kedua Kopi sangat berbeda, saat kita lihat, mereka dua sudah sangat berbeda, dari bentuk biji kopi, warna kopi, besarnya biji sudah sangat berbeda. Apalagi saat kami cium, kedua kopi ini sangat berbeda. Mereka berasal dari dua pulau yang berebeda.

Sambil tertawa J dan partnernya lalu mengatakan
"Sungguh ini Kopi Wamena! Cuman yang ini dijual oleh supplier yang tidak tahu main kopi. Pekerjaan pokok mereka lain, tetapi mereka turun main di kpi, jadi hasilnya ini, bukannya kopi tetapi sampah! Sungguh memalukan!"
Baik Jon Kwano dan Kelion Yikwa tidak berkomentar banyak. Koperasi punya prinsip, bahwa kami-lah pemain Kopi di Tanah Papua saat ini. Kami punya keerampilan dan pengalaman menghasilkan kopi standar export. Kopi kami dapat dieksport ke Amerika ataupun Eropa dan Asia, tanpa harus diapa-apakan, dapat diekspor langsung. Kopi yang kami jual ialah standar export, Grade A/ 1, sedangkan Kopi Grade B dan C kami produksi dalam bentuk Kopi Bubuk untuk konsumsi di Tanah Papua. Jadi kami tidak kaget, dan kami tahu persis bahwa kopi yang kami produksi memang sudah memenuhi standar ekxpor.

Siapa saja pengusaha Kopi di Indonesia perlu memahami bahwa kini Kopi Papua punya banyak sekali pemain, ada pemain profesional, ada pemain-main, ada preman kopi, ada mafia kopi, semuanya merebut nama baik Kopi Wamena.

Kami mengambil kesimpulan, bahwa memang pada saat ini banyak pihak, termasuk dengan plat Merah dan Plat Spesial bermain beli kopi dari petani Kopi di pegunungan Tengah Papua dengan harga yang mahal, melebihi harga yang dipatok Koperasi Baliem Arabica, tetapi kami tahu bahwa tujuan utama mereka ialah mencari keuntungan uang semata. Kami hadir dan ada, sampai kapanpun kami tidak akan lagi dari Tanah Papua, tidak akan meininggalkan petani Kopi Papua, kami juga dalah petani kopi Papua sehingga apa yang kami lakukan berorientasi jangka panjang, dengan mementingkan kepentingan petani Kopi, bukan sekedar manuver dan permainan

Kalaupun ada pejabat pemerintah atau petugas negara menjadi pengusaha Kopi Papua menggunakan kekuasaan dan fasilitas negara saat ini, kami sudah tahu pasti bahwa "pasar punya bahasa-nya sendiri, hukumnya sendiri. Ia tidak mengenal pemerintah, plat merah, plat putih, plat spesial. Pasar ialah pasar, bahasanya ialah produk berkualitas tinggi, bermutu ekspor, produk dengan harga yang pantas, dan produk yang dapat dipertanggungjawabkan secara profesional, bukan produk hasil premanisme dalam berbisnis, menggunakan faslitas publik demi kepentingan pribadi seperti yang terjadi saat ini di dalam bisnis Kopi Papua.

Kami percaya, bahwa Tuhan yang mahakuasa, Pencipta manusia dan tanahPapua bersama dengan kami, karena kami bediri dan berjuang untuk kebangkitan dan kemandirian ekononomi Orang Asli Papua (OAP).

Monday 9 November 2015

Sudah Ada Pemerintah Daerah Membangkang Arahan Gubernur Papua tentang Pengembagnan Kopi Papua

Dari lapangan dilaporkan kepada Kantor Perwakilan Koperasi Baliem Arabica di Jayapura bahwa sudah ada beberapa Bupati di Pegunungan Tengah Papua yang telah dengan terbuka mengumumkan bahwa pengembangan Kopi Papua dihentikan berdasarkan kebijakan pemerintah setempat, dan mengumumkan bahwa pengembangan budidaya lain yang dikembangkan di kabupaten yang bersangkutan.

Para petani Kopi di sejumlah wilayah di pegunungan Tengah kini menjadi panik dan sedang mencari KSU Baliem Arabica untuk menjelaskan apa yang harus mereka lakukan.

Ketua KSU Baliem Arabica, Ev. Selion Karoba, S.Th. melaporkan bahwa sebenarnya situasi tidak begitu parah, tidak ada pernyataan tertulis atau kebijakan pemerintah yang secara dinas diketahui menghentikan proyek pengembangan kopi, tetapi menurut para petani justru Bupati-lah yang telah mengumumkan untuk menghentikan proyek pengembangan Kopi.

Menanggapi itu KSU Bailem Arabica pusat telah menginstruksikan kepada KBA Liaison Office di Jayapura untuk menghubungi instansi terkait di tingkat Provinsi mengecek apa yang sedang terjadi dan meminta petunjuk apa yang harus dilakukan oleh KSU Baliem Arabica sebagai satu-satunya exportir produk dari Tanah Papua, oleh pengusaha Asli Papua dan oleh para petani Kopi Papua secara langsung ke pasar internasional.

Ketua Koperasi Baliem Arabica menjelaskan bahwa memang dalam berbagai kegiatan bisnis, bukan Kopi saja, semua bisnis pasti punya tantangan dan peluang, karena itu, barangkali kalau yang dilaporkan para petani kopi itu adalah benar, oleh karena itulah kami harus menyikapinya secara bijaksana, sehingga tidak menimbulkan kepanikan dan kemudian berakibat kepada kerasahan yang lebih luas.

Ketua Koperasi Baliem Arabica juga menjelaskan
para pejabat baik swasta maupun pemerintah, semuanya bersikap bijak dan mendinginkan suasana, membuang ego dan kepentingan pribadi, mengedepankan pelayanan kepada publik lebih utama daripada kepentinga pribadi, entah itu kepentinga pribadi bidang ekonomi, politik atau apa saja. Mengedepankan kepentingan rakyat akan mendatangkan berkat kepada kita, daripada kita mencari kepentingan pribadi melulu akhirnya justru berkat jauh dari kita.

Friday 6 November 2015

Premanisme Bisnis Kopi Papua Memprihatinkan dan Memalukan

Premanisme Bisnis Kopi Papua yang kami maksudkan di sini Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
adalah sebutan pejoratif yang sering digunakan untuk merujuk kepada kegiatan sekelompok orang yang mendapatkan penghasilannya terutama dari pemerasan kelompok masyarakat lain. <https://id.wikipedia.org/wiki/Premanisme>
Jadi dalam hal ini ada kegiatan dalam kawasn bisnis Papua (yaitu pegunungan tengah Papua) yang dijalankan dengan perbuatan yang memeras para petani Kopi sehingga para petani kopi sebernarnya tidak merasa diperas, tetapi di satu tingkatan sebenarnya mereka diperas.

Menurut kami dalam premanisme itu ada unsur manipulasi fakta dan unsur rekayasa harga, yang menyebabkan para petani kopi menjual kepada preman bisnis kopi dimaksud, dengan sangkaan mereka sedang untung, padahal sebenarnya mereka sedang rugi, yaitu rugi secara sosial-budaya, dan terutama rugi secara finansial.

Premanisme biasanya muncul di saat perekonomian lesu, kemiskinan merajalela dan sulit menjalani hidup. Akan tetapi premanisme bisnis kopi di Pegunugan Tengah Papua bukan karena unsur-unsur yang lazimnya kita tahu sebagai pemicu premanisme. Premanisme dalam bisnis Kopi Papua dipicu oleh kerakusan. Ya, benar unsur utamanya ialah kerakusan dari para pengendara mobil plat merah, plat hitam dan plat khusus, yang memicu pengendara plat hitam juga terhasut untuk ikut ramai-ramai memaksa masyarakat pegunungan Tengah, petani Kopi menjual kopi mereka dengan harga yang dipatok beraneka-ragam, yang berbedaannya sangat tajam, antara plat yang satu dengan yang lainnya.

Kerakusan para pengendara berbagai plat ini juga dipicu karena para pengendara plat-plat beragam-warna ini tidak hadir ke Pegunungan Tengah dengan tulus-ikhlas untuk membangun masyarakat, membangun Tanah Papua, membangun masyarakat petani Kopi, tetapi mereka datang "cari makan", bukan menjalankan amanat negara melayani rakyat.

Sumpah jabatn, sumpah korps, sumpah ini dan itu sering sekali membuat tuli telinga rakyat, tetapi sumpah-sumpah itu seolah-olah menjadi dusta publik. Kita lupa bahwa "sumpah" adalah sebuah ucapan yang mengikat kekal selama-lamanya antara manusia dengan Tuhan Allah. Akan tetapi, apalah artinya sumpah, itu tidak berlaku dalam bisnis kopi Papua.

Sudah disebutkan dalam blog lain, bahwa memang sudah ada Memo Gubernur Papua, sudah ada Memo Dinas yang jelas-jelas menyebutkan apa yang harus dilakukan, dan siapa yang harus dituju, untuk pengembangan Kopi di Tanah Papua. Tetapi silahkan sidang pembaca sekalian simak ucapan-ucapan para pengendara plat beragam warna tadi, dan lihat apakah arah Memo Gubernur dan arah ucapan para Kepala-Kepala dari para pengendara mobil berplat warna-warni tadi sama atau tidak?

Kalau trend premanisme bisnis Kopi Papua ini terus berlanjut, kami berani bertaruhan, justru konglomerat asing yang pasti akan ambil-alih Bisnis Kopi Papua. Semua pengendara beraneka warna plat tadi sama-sama akan duduk gigit jari. Tetapi pada waktu itu semua akan terlambat! Semua akan duduk saling menyalahkan.

Kalau kami mau salahkan tempo-tempo sekarang, kami berani katakan "pengusaha kopi Papua plat merah dan plat khususlah yang sudah jelas berpotensi merugikan potensi bisnis kopi Papua menjadi sebuah malapetaka".

Sunday 18 October 2015

Kasus KetidakAsli-an Kopi Papua Arabica Oktober 2015: Dua Tiba-Tiba Jadi Lapar dan Gemetaran

Kasus ketidak-asli-an Kopi Papua sebagaimana kami jelaskan identitasnya secara garis besar dalam tulisan sebelumnya mau dilanjutkan dalam laporan ini dengan memberitahukan dampak yang dialami oleh kami yang mengkonsumsinya.

Kasus ini sama dengan yang telah kami laporkan sebelumnya, "Satu Contoh Kasus: Hasil Penipuan Kopi Papua Membuat Tiga Orang Pusing dan Berjatuhan

Kali ini kami yang minum juga pingsan, tetapi ada tambahan gejala yang luarbiasa kami alami, yaitu setelah meminumnya, duapuluh menit sampai satu jam kemudian, tubuh menjadi tidak berdaya menopang aktivitas di pagi hari itu. Tangan dan kaki gemeraran. Keringatan. Dan tidak sanggup melangkah, bahkan berdiri saja menjadi susah. Tubuh jadi sama dengan tidak makan sehari dua hari.

Keringat berjatuhan, gemetaran.

Reaksi kami ialah makan dan makan lagi. Walaupun makan, badan gemetaran tidak terhenti. Balasannya kami berbaring dan menenangkan diri.

Kemudian tambah makan lagi. Kemudian istirahat lagi.

Yang terjadi di sini, kemudian kami sadari bahwa inilah yang disebut pusing-pusing.

Ya, setelah mengkonsumsi Kopi yang diberi label "100% murni Kopi Papua" itu ternyata BUKAN ASLI. Ternyata banyak campurannya.

Kami tidak dapat membuktikan campuran apa yang menyebabkan reaksi tubuh kami hampir sama dengan kopi sebelumnya seperti kami sebutkan di atas. Perbedaannya ialah bahwa Kopi sebelumnya tidak tercium aroma Kopi Papua sama sekali. Kali ini memang ada aroma Kopi Papua, tetapi reaksi tubuh setelah kami meminumnya menjadikan kami harus bertanya kembali, "Apakah ini asli atau aslap?"

Kalau ada orang Papua atau orang yang tinggal di Tanah Papua yang pernah mengalami seperti yang kami alami, silahkan sampaikan itu kepada kami, maka kami akan publikasikan dalam blog ini. Kirimkan email ke: kopiaslipapua@gmail.com

Kami berdoa agar tidak ada korban-korban lain lagi yang berjatuhan karena tipudaya Iblis sebagai Bapa segala pendusta dan pasukannya di manapun mereka berada. Kami berdoa supaya pada akhirnya para penipu akan diberikan upah oleh Tuhan yang mahabenar. Amin!

Kasus KetidakAsli-an Kopi Papua Arabica Sekali Lagi Kami Alami di Jayapura Oktober 2015

Kami tidak akan menuliskan kata-kata yang tertulis dalam bungkusan kopi ini secara lengkap, mengingat tidak beretika membuka aib perusahaan lain. Tetapi kami jelaskan ciri-ciri umum. Kopi ini dijual dalam kemasan 200 gram, dan diproduksi di Kota Jayapura, Papua, Indonesia.

Kopi ini mengaku sebagai "murni dan 100% Kopi Papua". Ini yang sangat mengganggu kami.

Kami memproduksi Kopi Papua Arabica, terutama Wamena Single Origin di Gudang Produksi Kampung Harapan Sentani Timur, Kabnpaten Jayapura, Provinsi Papua dan kami bisa membedakan citarasa Kopi Papua dan malahan kami sudah bisa membedakan Origin Kopi masing-masing, menurut kabupaten dan distrik di pegunungan tengah Papua. Oleh karena begitu mendalam, sehingga kami tidak dapat ditipu oleh siapapun untuk menyatakan "ini Kopi Papua", apalagi "Ini 100% Kopi Papua" padahal rasanya sama sekali BUKAN Kopi Papua.

Di sisi depan merupakan pengakuan diri bahwa "dirinya ialah Kopi Asli Papua". Di bagian belakangnya tercantum kandungan atau apa saja yang ada di dalam kemasan dimaksud dan dicetak dengan jelas dan terang, "100% Kopi Papua", dan di bagian belakang ini juga tertulis perusahaan yang memproduksinya dan tempat produsi, serta di bawah dicetak nama domain, atau alamat situs web perusahaan yang memproduksi Kopi Aspal Papua dimaksud.

Di sisi kanan, kalau kita pegang kemasannya dari tampilan depan, tertulis saran penyajian, tertulis dalam bahasa Inggris lalu disusul di bawahnya terjemahan Bahasa Indonesia. Di sisi kirinya tergambar peta wilayah New Guinea bagian Barat, yaitu wilayah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, Sorong sampai Maroke.

Saran penyajian yang disampaikan cukup membantu, dan kamipun belajar dari apa yang disampaikan dalam kemasan ini. Di sisi lainnya yang berisi gambar peta dan penjelasan tentang wilayah tanam atau sering disebut indikasi geografis dari Kopi Papua yang sedang dijual di dalamnya. Penjelasan peta dan keterangan tidak begitu membantu. Menyebutnya Kopi Papua, tetapi yang disajikan hanya Kopi dari New Guinea bagian Barat, sedangkan Papua ialah dari Sorong sampai Samarai. Ini bukan kekeliruan kemasan ini saja, tetapi kekeliruan penikmat Kopi di seluruh Indonesia.

Kalau kita sebut "Kopi Papua", maka sebaiknya kita harus tahu bahwa yang kita maksudkan ialah Kopi dari Sorong sampai Samarai. Dan setelah itu kita juga perlu klasifikasikan, bahwa Kopi Papua bukanlah nama Kopi Single Origin, tetapi Kopi Papua memiliki banyak sekali Single Origin, yang lain sudah diidentifikasi dan di-branded, dan yang lainnya sedang dalam proses "branding".

Kopi Papua yang sudah di-"branded" antara lain:

  1. Baliem Blue Coffee seabgai Kop Papua Wamena Single Origin;
  2. Kopi Moanemani sebagai Kopi Papua Dogiyai Single Origin;
  3. Kopi Hagen sebagai Kopi Papua Mount Hagen Single Origin;
  4. Kopi Senang sebagai Kopi Papua Sorong Single Origin; dan
  5. Kopi Goroka sebagai Kopi Papua Goroka Single Origin.
Jadi, kita kembali ke kemasan tadi, mengakunya Papua Coffee, tetapi tidak menjelaskan dari mana sebenarnya kopi ini berasal. (Dalam tulisan berikut akan kita tulis bagaimana citarasa Papua Coffee yang Aspal ini)



Monday 12 October 2015

Satu Contoh Kasus: Hasil Penipuan Kopi Papua Membuat Tiga Orang Pusing dan Berjatuhan

Pada waktu itu, bulan Juli 2015, ada tiga orang, termasuk saya, hadir di Gudang Baliem Blue Coffee, Jl. SPMA, Belakang SPMA, Kampung Harapan, Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.

Kami penasaran karena ada toko yang menjual oleh-oleh khas Papua sekaligus Kopi Papua, yang dibandrol dengan harga Rp.100.000,- untuk 250 kg Kopi Bubuk, dengan tulisan di kulitnya "Kopi Wamena". Kemasannya bagus, menarik, elegan, dan sudah masuk kelas. Itulah sebabnya kami mau rasa.

Tujuan utama kami mencoba Kopi Wamena buatan lain di Toko ini ialah untuk meminta kepada pemilik tokonya supaya bekerjasama dengan kami dalam memproduksi kemasan yang mereka punya, ditambah sedikit label PAPUAmart.com di dalam kemasan itu. Kami mau supaya perusahaan ini nantinya bekerjasama dengan kami dalam mengusahakan kemasan.

Saya yang minum duluan, maklum karena saya orang tertua di antara ketiga orang. Saya merasa kepala saya langsung "puyeng", berputar-putar sama dengan kepala saya pada saat saya waktu kecil main-main putar-putar badan lalu puyeng seperti itu. Saya pegang tembok gubuk di mana kami ada. Di gudang BBCoffee ada satu pos kecil, yaitu buguk penerima tamu yang kami buat. Di situlah biasanya kami lakukan "cupping" setelah kedatangan kopi baru. Dan pada saat ini kami sedang duduk bertiga. Saya pegang tembok gubuk dan bertahan sedikit. TANPA komentar apa-apa.

Kami lanjutkan cerita mengenai Gubernur Papua tidak ada di tempat pada saat Presiden Joko Widodo datang resmikan PON yang akan berlangsung tahun 2020. Peresmian sedang berlangsung hanya 400 meter di depan kami, tidak jauh.

Tiba-tiba teman minum saya yang satu berdiri dan lari. Dia bilang "Saya cari pepaya atau apa saja yang saya bisa makan, soalnya kepala saya sudah pusing!" Ini dia yang tadinya pergi ke toko tadi untuk membeli Kopi kemasan indah dan bagus tadi. Dia-lah yang duluan mengaku pusing.

Yang satunya lagi memang tadinya merasa pusing tetapi dia diam saja, sama dengan saya.

Kami bertiga hanya sempat minum paling banyak tiga kali dari gelas kopi kami. Kami bertiga sama-sama merasa pusing. Kami bertiga lalu putuskan untuk minum air putih yang banyak, lalu coba bertahan, tetapi rasa "puyeng" malah semakin mengada-ada. Kami bertiga putuskan untuk makan pepaya, kebetulan di gudang ada beberapa pohon pepaya. Itupun tidak menolong. Kami bertiga terpaksa mengosongkan gubuk penerima tamu ini, dan ke gubuk istirahat, yaitu gubuk paling sudut di belakang gudang.

Ditu kami habiskan berjam-jam lamanya beristirahat, bukan sekedar berbaring tetapi tidur pulas.

Itulah nasib kalau coba-coba dengan Kopi palsu Papua, Kopi Palsu Wamena, resikonya pusing-pusing, resikonya rasa pahit, resikonya justru kesan "tidak baik" dari penikmat kopi. Padahal Kopi Asli Papua tidaklah begitu mengecewakan, malahan sangat membanggakan.

Semoga cerita singkat ini mencerahkan kita semua, dan mengingatkan kita tentang pengalaman Kopi Palsu Papua lainnya.

Thursday 30 July 2015

Kopi Asli Papua artinya tidak sekedar Kopinya yang Asli

Kopi Asli Papua kami munculkan setelah kami sendiri mengalami penipuan oleh pedagang Kopi yang menampilkan packaging yang cukup mewah dan harganya juga cukup mahal, hampir tiga kali lipat lebih mahal daripada harga yagn kami jual di PAPUAmart.com

Memang benar, kami akui bahwa harga yang dipatok KSU Baliem Arabica di PAPUAmart.com saat ini sangat rendah sehingga Koperasi dapat dikatakan "Jual Rugi".

Keaslian Kopi Papua tidak sebatas kopinya yang asli dan murni seperti kami sudah sebutkan dalam artikel sebelumnya, tetapi tempat penjualannya dan orang yang menjual-nyapun asli, artinya asli orang Papua.

Nah, kalau kami katakan "yang jual juga orang asli Papua" itu merupakan pernyataan "jaminan 100%" bahwa dalam apa yang kami katakan di manapun, termasuk di blog ini bukanlah kata-kata kosong dalam rangka mencari muka atau mendorong supaya para pembaca membeli Kopi kami akan tetapi lebih merupakan pesan moral kepada publik di manapun Anda berada bahwa sejak Papua dan manusianya berada di pulau ini, Anda dijamin penuh tidak tertipu oleh orang Papua. Apalagi dalam dunia bisnis, kami orang Papua sepenuhnya lebih mengutamakan namabaik dan hargadiri orang Papua daripada cara-cara murahan dengan menipu keaslian Kopi.

Kami jamin dan itu yang kami katakan kepada Anda.

Kami tahu hampir setiap orang dan semua aspek kehidupan di Indonesia dipenuhi oleh rasa curiga dan rasa tidak percaya. Kerajaan "tidak percaya satu sama lain" sudah berkuasa sejak semula. Apapun yang dikatakan masih ada maksud lain di baliknya. Apapun yang kelihatan masih ada aspek lain yang tersembunyi. Dalam konteks Papua, semuanya transparan, semuanya nampak, semuanya blak-blakan.

Tinggal para pembaca sekalian, apakah mau terpaku dengan kondisi Indonesia yang lain ataukah mau percaya bahwa Tanah Papua ialah sorga kecil yang jatuh ke Bumi, Bumi Firdaus, di mana tipu-daya dan muslihat jahat dari orang sangat sulit ditemukan, baik di hati, di wajah, di tuturan, apalagi dalam tulisan.

Wednesday 29 July 2015

Kopi Asli Papua? Apakah ada Kopi Palsu Papua?

Yang kami namakan "kopi palsu" ialah kopi-kopi yang beredar di seluruh dunia dengan ciri pertama nama kopi yang disebut lain, sedangkan kopi yang ada di dalamnya lain. Contohnya: Produk Kopi Papua Wamena di kulitnya, tetapi isinya sebenarnya Kopi Toraja. Itu Kopi Palsu yang kami maksudkan.

Kopi palsu yang lain ialah menyebut nama Kopi tetapi dengan hanya menambahkan sedikit saja kopi dari nama yang diberikan. Misalnya, sebuah produk diberi nama Kopi Papua, tetapi sebenarnya Kopi Papua adalah salah satu dari kopi-kopi lain yang dicampur menjadi sebuah campuran kopi. Para penjual tidak terus terang menyatakan ini "Kopi campuran antara Kopi Papua, Kopi Flores, Kopi Toraja, dan lainnya" tetapi mereka mengaku sebagai Kopi Papua. Maka ada perbedaan antara yang diakui dan yang sebenarnya terkandung di dalam produk itu.

Kopi palsu yang bertama tidak ada pengakuan sama sekali kalau yang ada di dalam kemasan bertuliskan "Kopi Papua Wamena" itu sebenarnya kopi campuran atau kopi gado-gado. Sedangkan Kopi Palsu kedua memang mengakui bahwa ada campuran kopi lain, tetapi menonjolkan Kopi Papua-nya padahal seharusnya disebutkan dengan jelas "Kopi Gado-Gado" atau "Kopi campuran".

Kopi palsu yang lain ialah produk kopi yang dicampur dengan barang atau benda lain, selain daripada Kopi itu sendiri. Misalnya, jadi ini misalnya saja, tidak bermaksud menyebutkan perilaku pebisnis kopi yang sudah menjadi rahasia umum, kopi dicampur kotoran ayam, kopi dicampur daun-daunan, kopi dicampur tanah, kopi dicampur jagung, dan sebagainya.

Kopi palsu yang keempat ialah yang paling parah, yaitu kopi yang sama sekali bukan kopi. Jadi, ada yang menjual "kopi" tetapi yang dijual sebenarnya daun-daun, atau biji-bijian sejenis kopi, rasanya mirip kopi. Atau ada juga yang rasanya sama-sekali tidak sama dengan kopi tetapi karena dicampur gula dan susu sehingga tertutup-lah penipuan murni dimaksud.

Sekarang semuanya berpulang kepada Anda dan saya sebagai konsumen, apakah tidak ambil pusing dengan kopi itu asli atau palsu, ataukah kita perduli terhadapnya. Tergantung kepada sejauh mana kita peka terhadap apa yang masuk ke tubuh kita lewat mulut dan lambung kita, apakah kita perduli atas hidup dan makan-minum sehat ataukah tidak perduli. Ini tentu terlepas dari aspek moralitas para pedagang dan sikap konsumen Kopi terhadap moralitas dimaksud, karena Indonesia dikleim sebagai negara berdasarkan agama, yang artinya moralitas dan agama tentunya menjadi fondasi utama kita membangun diri dan kebersamaan.

Akhirnya kita tanya pertanyaan judul tulisan ini: Apakah ada Kopi Palsu Papua? Dari uraian singkat ini jelas ada kopi palsu, tetapi apakah ada orang yang tega-teganya memproduksi Kopi Palsu Papua? Dari pantauan kami sendiri telah kami temukan betapa maraknya Kopi Papua palsu itu dipasaran di Indonesia. Untungnya Kopi Papua Palsu tidak ada di luar negeri, karena orang di luar negeri sana sudah tahu persis ciri-ciri khas dari Kopi Papua dan juga mereka tahu persis di tempat mana mereka dapat membeli Kopi Asli Papua sehingga mereka terhindar dari penipuan.

Sunday 31 May 2015

Kopi Asli Papua, Kopi Organik Arabika

Kopi Asli Papua ialah Kopi Organik, Kopi Arabika, yang pertama-tama diperkenalkan oleh penjajahn Belanda dan dikembangkan oleh pemerintah Indonesia, yang kemudian diambil-alih oleh masyarakat pemilik tanah ulayat dan dikelola secara terorganisir dalam sebuah wadah bernama Koperasi Serba Usah Baliem Arbaica.

Kopi Asli Papua selain organik dan Arabika juga kopi yang memiliki citarasa begitu khas sehingga selalu diburu para penikmat kopi dan pemain kopi baik di dalam negara Indonesia ataupun di antara neregara- negara di Asia dan Pasifik Selatan.